Terima Kasih Saufy atas email yang menggeletek hati!
Ketika Ikhwan Tersenyum
( Kumpulan Anekdot dan Kisah-kisah unik di sekitar aktifis dakwah )
Persembahan
Untuk semua ikhwan dan akhwat yang mengazamkan dirinya untuk senantiasa
berjalan di atas jalan dakwah ini.
Untuk mereka yang senantiasa berdoa : Ya Allah karuniakanlah kepada kami
keikhlasan, keistiqomahan, dan keteguhan dalam menempuh jalan ini.
Pengantar
Salah satu dari tiga alasan seorang Umar bin Khotob memilih untuk tetap
eksis hidup di dunia ini adalah : Keindahan ukhuwah. Dua yang lainnya adalah
kenikmatan qiyamul lail dan jihad fi sabilillah.
Beruntung dan bersyukurlah bagi setiap kita, para aktifis dakwah, yang
hari-harinya di penuhi dengan keindahan ukhuwah.
Keindahan ukhuwah yang sedemikian agung. Terwujud dari yang paling rendah :
salamatus shadr (lapang dada), sampai pada tahapan tertinggi :
itsar.(mendahulukan saudaranya dari diri sendiri).
Adalah sebuah fenomena riil, jika kita lihat kehidupan sehari-hari para
aktifis dakwah. Maka akan kita temukan sekelompok manusia, atau sebuah
komunitas yang cenderung lebih ceria, akrab, energik dan elegan. Jauh dari
kesan kaku, kolot, galak dan beku !.
Diantara sekian keceriaan dan keakraban itu, muncullah anekdot-anekdot lucu
atau pemaparan kisah-kisah unik yang menghangatkan ukhuwah diantara mereka.
Tulisan ini, adalah kumpulan anekdot dan kisah-kisah unik yang pernah
penulis dengar, atau penulis alami sendiri dalam masa-masa interaksi bersama
para aktifis dakwah tersebut.
Apapun, harapan agung penulis menyusun ini adalah untuk menghangatkan
ukhuwah di antara kita. Agar kembali ceria wajah-wajah kita. Agar lebih
tulus senyum dan sapaan kita. Agar kita lebih siap menyambut
pekerjaan-pekerjaan berat lainnya. Karena agenda dan proyek-proyek kita,
jauh lebih padat dari jatah usia masing-masing dari kita. Wallahu'alam
bisshowab.
Selamat menikmati dan selamat meneruskan proyek-proyek dakwah antum !
Khartoum, Mei 2004
Abu Farwah
1. Bughot di demo Gus Dur
Pada pertengahan tahun 2001 yang lalu, Jakarta kembali dimarakkan oleh
demo-demo anti Gus-Dur, baik di Gedung DPR, Bundaran HI maupun langsung ke
Istana merdeka. Banyak elemen masyarakat dan mahasiswa yang bergabung untuk
turun ke jalan dengan membawa berbagai nama. Dan semakin hari, aksi turun ke
jalan ini semakin sering dengan jumlah yang kian hari kian meningkat.
Fenomena seperti ini meresahkan sebagian kalangan Nadhliyin yang menganggap
Gus Dur sebagai perwakilan dan lambang identitas dari NU. Yang terjadi
kemudian adalah munculnya wacana bughot (istilah fikih untuk pemberontakan
pada pemerintahan islam yang sah) dari sebagian ulama NU yang dituduhkan
pada mereka yang melakukan aksi demo tersebut. Wacana yang disertai tuduhan
ini pun berkembang dimana-mana, dari mulai siaran TV, media massa sampai
diskusi pembahasan fikih. Oleh para ikhwan, yang memang paling aktif dalam
melakukan demonstrasi ini, tuduhan tersebut dijawab dengan enteng dengan
sebuah senyuman,
" memang kita akui, bahwa sebagian besar dari kami adalah benar-benar
seorang bughot, ya.. Bujangan berjenggot ! "
2. Pedagang Asongan pun tahu
Masih tentang demo anti Gus Dur, maraknya tuduhan bughot pada para
demonstran membuat banyak masyarakat bertanya-tanya, siapa sebenarnya dan
darimana datangnya para demonstran yang kian hari kian banyak dengan
berbagai nama organisasi baru, selain organisasi yang jelas dan sudah lama
eksis seperti KAMMI dan BEM SI. Tapi kebingungan seperti ini tidak melanda
para pedagang asongan di sekitar bundaran HI dan istana merdeka. Mereka
dengan jelas tahu persis siapa dibalik demo-demo ini. Seorang wartawan
mencoba bertanya pada salah satu dari mereka.
" Anda tahu siapa sebenarnya dan darimana datangnya para peserta demo ini ?"
" Jelas kami tahu, mereka adalah orang-orang semacam KAMMI dan yang sejenis
itulah pokokmya ..! "
"Tapi, darimana anda tahu ? "
" Jelas kali, setiap kali mereka demo kami selalu dilanda kerugian, karena
tak satupun dari peserta demo yang membeli rokok dari kami, dan hal ini
tidak pernah kami alami, selain di demo yang dilakukan orang-orang KAMMI
dan sejenis itu ."
" Oooo.. pantesan .."
3. Menentukan Hari Demo
Dalam situasi genting dengan perkembangan peta politik yang demikian cepat
membuat setiap ikhwah harus siap siaga. Kapan pun dan dimanapun ada
panggilan, mereka harus segera berangkat untuk ikut turun ke jalan, bahkan
mungkin dengan persiapan seadanya. Ada cerita, seorang ikhwah semalaman
sudah belajar karena ada ujian (kuis) esok harinya, tapi setelah subuh
mendadak ada telpon panggilan demo. Akhirnya ujian pun ditinggalkan untuk
menunaikan tugas tersebut. Inilah susahnya bagi para perancang demo, untuk
menentukan jam dan hari demo yang tepat agar banyak peserta yang datang dan
ikut Karena jika tidak, jumlah peserta yang sedikit akan melemahkan semangat
peserta demo dan mengurangi kekuatan pressure mereka.
Ada satu keunikan bahwa di Jakarta demo paling sering dilakukan hari
Jumat setelah Jumatan, biasanya kumpul di Al Azhar. Dan yang paling jarang
bahkan tidak pernah dilakukan adalah pada hari Sabtu. Salah seorang
penggerak demo ditanya masalah ini dan mengatakan, bahwa pernah dilaksanakan
pada hari Sabtu, tapi ternyata pesertanya sangat sedikit sehingga menjadi
kurang efektif. Ketika ditanya ada apa dengan hari sabtu, beliau menjawab,
" Hari sabtu itu hari liqo' nasional, kebanyakan ikhwah kita jadwal
'ngajinya' hari Sabtu, jadi demo boleh jalan, tapi ngaji juga tetap jalan
terus..jangan sampai terganggu demo.."
4. Lagu-Lagu Demo
Masih tentang demo. Demonstrasi yang dilakukan para ikhwah pertengahan 2001
yang lalu memang agak unik. Dengan alasan pertimbangan keamanan, dalam
demonstrasi para ikhwah di larang memperlihatkan segala atribut ataupun ciri
keikhwahan. bahkan dianjurkan untuk tampil unik, gaul ataupun sedikit
preman. Maka jangan heran kalau banyak di temui sosok-sosok ustad yang
berpakaian sporty dan gaul. Dan keunikan pun muncul pada lagu-lagu yang
ditampilkan. Kalau biasanya adalah lagu-lagu demo penuh nuansa perjuangan,
maka pada kali ini banyak dipakai lagu-lagu jahiliyah yang diplesetkan. Ada
lagunya Zamrud, Sheila On Seven, lagu dangdut sampai lagu Doraemon pun ikut
diplesetkan. Entah darimana mendadak ikhwah kita hafal dan fasih dalam
melantunkan lagu-lagu seperti ini. Tetapi masalahnya tidak berhenti di sini.
Karena di saat yang sama, sebagaimana diceritakan oleh salah seorang al akh,
bahwa dia pernah menjumpai sebuah demo tandingan yang dilakukan oleh Forkot
dan elemen kiri lainnya.
Ternyata dalam demo tersebut, mereka melantunkan lagu-lagu dengan nada
nasyid-nasyid perjuangan milik Izzatul Islam yang juga diplesetkan !
Benar-benar sebuah gambaran pertarungan yang menyeluruh, sampai lagu demo
pun ikut saingan !
5. Sebab Ketegangan
Peristiwa 11 September 2001 membuat perhatian dunia tertuju pada Amerika dan
Afghanistan. Serangan membabi buta yang dilakukan Amerika mengundang reaksi
keras dari seluruh muslim sedunia. Sedikitnya ada 2 negara besar yaitu
Pakistan dan Indonesia, yang penduduknya merespon dengan demonstrasi yang
besar-besaran dan tidak henti-hentinya.Di Indonesia, demonstrasi dilakukan
oleh hampir semua elemen muslimin seperti GPI, FPI, FIS dan tak ketinggalan
juga para ikhwah. Suatu demonstrasi dilakukan oleh sebagian ikhwah yang
tergabung dalam KAMMI pada sekitar awal Oktober di depan gedung DPR/MPR.
Ketegangan pun terjadi karena tuntutan untuk masuk tidak digubris oleh pihak
keamanan, yang boleh masuk hanya perwakilan, padahal tentu semua tahu bahwa
gedung itu adalah milik rakyat sendiri. Maka sebagian ikhwahpun yang sudah
lama tidak berolahraga pun tergerak untuk menakut-nakuti polisi dengan
menggerak-gerakan pintu masuk. Situasipun semakin panas karena, polisi
sabhara pun tak membiarkan
mereka masuk. Maka dorong-mendorong sangat dasyhat pun tak terelakkan, dan
ketegangan pun terjadi dalam waktu yang cukup lama, namun pintu tetap tak
terbuka. Sebagian ikhwah pun terus mencoba berunding, bahwa mereka akan
masuk untuk ambil wudhu dan sholat Ashar saja, karena waktu ashar sudah
tiba. Permintaan seperti inipun tetap tak digubris, akhirnya dengan nada
putus asa seorang ikhwah dengan logat betawi berseru lantang,
" Susah ..! polisinya kagak 'ngaji' sih, jadi kagak bakalan ngerti .coba
kalo polisinya ikut 'ngaji' ..dari tadi pasti pintunya udah dibuka !"
Sebagian ikhwah yang ikut mendengar tersenyum simpul dan membenarkan dalam
hati.
6. KAMMI Ganti Nama
Setiap kali Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) berdemo dan
melakukan long march, maka yang akan banyak terlihat adalah barisan putih
panjang yang terdiri dari para ABG ( Akhwat Berjilbab Gede) , yang
dikelilingi oleh sedikit ikhwan sebagai boarders. Dari sini jelas terlihat
bagaimana perbandingan jumlah ikhwan dan akhwat yang terlampau mencolok. Dan
repotnya hal seperti berlangsung terus di demo-demo yang lain. Yang akhirnya
membikin ciri khas khusus bagi demonstrasi yang dilakukan KAMMI, yang
seolah-olah menggambarkan bahwa KAMMI hanya milik para akhwat.Akhirnya
muncul usulan dari para ikhwan untuk mengganti nama KAMMI menjadi KAMMMI,
karena alasannya sesuai sejarahnya, pertama kali pada jatuhnya orde baru
tahun 1966 ada yang namanya KAMI dengan satu huruf M, kemudian disusul pada
bangkitnya orde reformasi muncul KAMMI dengan dua huruf M. Maka sesuai
perkembangan terakhir sekarang dimunculkan KAMMMI dengan tiga huruf M yaitu
Kesatuan Aksi Mahasiwa Muslim Muslim
ah Indonesia.
7. S-2 dan S-3
Maraknya dakwah di Ibukota sangat mengharukan hati. Di kampus-kampus umum,
sekolah dan masjid-masjid perumahan sering diadakan kegiatan-kegiatan dakwah
yang beraneka ragam. Dari mulai ceramah biasa, diskusi remaja, pemutaran
film, bedah buku, bazaar sampai ke tabligh akbar, semuanya semakin menambah
marak kesejukan suasana Ibukota yang sudah penuh sesak. Semua ini kemudian
diikuti dengan bertambahnya kebutuhan akan juru dakwah. Tapi kita tidak
perlu khawatir, karena banyak sekali aktivis dakwah kita yang masih muda,
baru S-1 ataupun masih kuliah yang sudah mendapat gelar Phd dan MBA. Dan ini
banyak kita temukan di kampus-kampus. Gelar Phd ini disematkan bagi mereka
yang benar-benar 'Pakar Halaqoh dan Dauroh', sedangkan MBA untuk 'Murobby
Banyak Akal !'.Ini di bidang dakwah, kadang ada juga istilah lain yang
dipakai untuk menyindir sampai dimana 'proses' seorang ikhwan, seperti MBA
dari 'Murobby Belum Acc' , dan MBM dari 'Murobby Baru Mencarikan', atau
kalau sudah selesai pros
esnya bisa disebut MBM juga, yaitu 'Married By Murobby.!'
Ada juga gelar yang sudah cukup masyhur di kalangan aktivis dakwah yang di
peruntukkan bagi lulusan Timur Tengah ataupun LIPIA, yaitu Lc. Tapi gelar Lc
ini ternyata sekarang banyak dipakai oleh para aktivis muda kita, tapi yang
ini berarti 'Langsung Ceramah'.Dan kabarnya pula Xanana Gusmao, Presiden
Timor Lorosae juga punya gelar Lc juga, yaitu 'Lulusan Cipinang'.
8.Berbeda tapi ternyata sama
Seorang Akhi di UNS mendadak harus pulang ke kota kecilnya di belahan utara
pulau Jawa, karena ayahnya dikabarkan masuk rumahsakit. Sebuah fenomena
memang kalau di sebuah kota kecil yang tidak ada kampus ternamanya biasanya
tidak banyak memiliki stock ikhwan ataupun akhwat. Tapi di rumah sakit,
tepatnya di bagian mushollanya, pada waktu itu dengan firasat ikhwannyanya
al-akh ini berhasil menemukan seseorang yang 'disangkanya' seorang ikhwan
pula. Tapi keraguan itu membuatnya bertanya dengan malu-malu, "
Assalamualaikum wr wb, Langsung saja Mas.. antum Ikhwan khan ? ". Yang
ditanya sempat kaget, lalu tersenyum dan memjawab, " Apa ? bakwan !
eh..ikhwan ? Maaf bukan mas, saya dulu di JT tapi sekarang saya mantep di
HT, insya Allah , ". Dengan agak malu karena sok tahu, akh kita ini minta
ijin untuk undur diri sambil menyalahkan firasat ikhwaniyahnya yang gagal
kali ini. Tapi sebelum ia beranjak, orang tadi memanggilnya kembali,
" Afwan Akhi, saya dulu memang di JT tapi ini Jamaah Tarbiyah bukan Jamaah
Tabligh lho.."
" Terus kenapa sekarang masuk HT ?"
" Iya, dari dulupun saya ikut HT, Halaqoh Tarbiyah ..!"
"Oooo..sama semua ya..ternyata"
9. Nama Lain Ngaji
Pada suatu malam Ahad, seorang Akhi yang baru memulai sejarah dakwahnya
pamit pada temannya se kostnya untuk pergi 'ngapel' ke rumah seorang teman.
Teman se-kost itu yang kebetulan juga seniornya sangat khawatir dengan
aktivitas 'anak baru' tersebut. Kemudian dengan diam-diam ia mengikuti
langkah sang Akhi tersebut, yang ternyata masuk ke dalam seorang rumah
ustad. Dan setelah ditunggu sekitar dua jam, akhirnya sang Akhi tersebut
keluar dengan wajah penuh keceriaan. Sang Senior yang sudah penasaran dari
tadipun langsung menginterogasinya,
" katanya ngapel, kok di rumah ustad ? "
" Ya Mas, yang ini bukan ngapel pacaran, tapi ngapel singkatan dari 'ngaji
pelan-pelan' alias liqo' ".
Begitulah, seseuai dengan situasi dan kondisi di suatu tempat kadang-kadang
digunakan bahasa lain untuk lebih menyamarkan atau mengakrabkan aktivitas
yang satu ini. Kalau di lingkungan kampus biasanya dikenal istilah Mentoring
atau Asistensi, Di Yayasan Iqro' club yang menangani anak-anak STM di
Jakarta menyebutnya dengan DSL (Dakwah Sistem Langsung), beberapa ikhwan
lain menyebutnya dengan istilah 'Les Privat' ataupun 'kencan mingguan',dan
ada juga yang bikin istilah keren yang sama dengan sebuah paket acara
televisi di Indosiar yaitu KISS (Kisah tentang Selebritis), tapi KISS yang
ini berarti Kajian Islam Seminggu Sekali, ada juga yang menyebutnya Kajian
Islam Sabtu sore, Senin Sore, Selasa Sore, atau Sabtu Siang, .dan
seterusnya.
10. Simatupang dan Situmorang
Dua dari sepuluh karakteristik ideal seorang dai adalah 'Qowiyyul Jismi' dan
'Harisun ala waqtihi'. Idealnya seorang yang beraktifitas di jalan dakwah
memang harus mempunyai ciri tersebut. Tapi ada cerita unik, tentang dua
orang ikhwan yang kebetulan tinggal satu kamar di sebuah rumah kost-kostan.
Keduanya kuliah di kampus yang sama, jurusan yang sama, dan kebetulan sama
-sama bergabung dalam LDK (Lembaga Dakwah Kampus ) yang ada di kampusnya.
Tapi yang menjadikannya berbeda adalah dari segi jam terbang dakwahnya.
Sebut saja akhi A, beliau setiap hari hampir jarang ada di kamarnya.
Berangkat pagi hari habis sholat Subuh, kemudian sore pulang sebentar untuk
ngambil sesuatu dan mandi, kemudian pergi lagi dan pulang sampai larut
malam, itupun tidak setiap hari beliau pulang. Belum lagi kalo pas hari
libur atau sedang kosong , tiba-tiba ada panggilan dakwah, maka beliau
langsung pergi lagi walaupun jarum jam menunjukkan pukul sebelas malam. Itu
cerita tentang si A. Lain lagi den
gan temen sekamarnya si B, beliau paling sering kelihatan di rumahnya, atau
lebih tepatnya di kamarnya, atau lebih pasnya lebih sering kelihatan
tidurnya. Pagi berangkat kuliah sebagaimana biasa, dan siang pulang kemudian
di rumah terus sampai esoknya lagi, kecuali satu hari saja untuk 'aktivitas
ngaji' di rumah seorang ustad. Perbedaan yang sangat frontal ini konon
mendapat perhatian yang cukup serius dari ikhwah lainnya yang tinggal
sekontrakan dengan mereka berdua. Akhirnya, walaupun keduanya bukan dari
tanah Batak, mereka sepakat memberi nama marga di belakang nama mereka yang
satu Simatupang untuk akhi A, yang berarti ' Siang-malam tunggu panggilan'
karena aktivitas dakwahnya yang begitu padat. Sedangkan untuk si Akhi B
diberi gelar Situmorang, yang berarti ' Si ikhwan tukang molor doang !".
11. JAMES BOND ala ikhwah
Sudah menjadi fenomena umum bagi seorang ikhwah mahasiswa yang kuliah di
kota besar semacam Jakarta, bagaimana sulitnya mencari sebuah kamar kost
yang layak pakai fasilitas lengkap, situasi mendukung untuk dakwah sekaligus
nyaman untuk belajar, deket kampus, dan tentu saja yang paling murah,
istilahnya 'harga mahasiswa'. Maka beruntunglah, karena ternyata banyak
masjid di Jakarta, yang juga deket dengan kampus yang menyediakan sebuah
tempat khusus bagi satu dua mahasiswa untuk tinggal di situ sekaligus ikut
berpartisipasi dalam memakmurkan masjid. Maka sebagian dari mereka ada yang
menjadi petugas muadzin, ada pula yang menjadi imam tetap, ada pula yang
mengajar TPA dan mengisi kajian Ibu-Ibu. Dan alhamdulillah, tidak jarang
kemudian Takmir Masjid memberikan uang kompensasi bulanan sebagai pengganti
waktu dan jerih payah mereka. Tapi meskipun demikian ada juga beberapa
mahasiswa lain yang ikut membantu kebersihan masjid, dan berfungsi ganda
sebagai petugas kebersihan masjid
atau yang biasa dikenal dengan istilah marbot. Mereka - mereka yang
disebutkan tadi, dengan bangga menyebut profesi ini dengan istilah 'James
Bond', yang berarti ' Jaga Mesjid dan Kebon' !
12. Nasyid (1)
Sore hari di sebuah rumah kost para ikhwah di bilangan Jurangmangu,
Tangerang. Suasana yang ada diantara para ikhwah yang sedang bersantai
sangat akrab, sampai tiba-tiba seorang akhi yang baru beberapa hari pindah
ke situ, ikut meramaikan suasana dengan bernasyid dari kelompok Suara
Persaudaraan, Malang. Beberapa bait nasyid disambut atau diikuti para ikhwah
yang lain, namun ketika si Akhi ini sampai pada sebuah bait di sebuah lagu
yang ada di album Balada sebuah Dangau , yang berbunyi.
" Kulihat Bunga di taman .
Indah warna-warni dan menawan.."
Mendadak seisi rumah pada ramai, sebagian senior ada yang memperingatkan
langsung pada sang munsyid.
" Bernasyid boleh akhi, tapi jangan langsung menyebut nama seseorang dong.
bisa timbul fitnah nantinya !"
Si anak baru sampai di sini masih belum menyadari kekeliurannya. Usut punya
usut, ternyata di organisasi remaja Masjid dekat perumahan tersebut ada
seorang akhwat aktivis yang namanya juga memang " Bunga " !.
13. Nasyid ( 2 )
Plesetan dari lagu " Aku Anak Sholeh " nya Harmoni Voice, STT Telkom
Bandung.
Aku Ingin Nikah
Dengan Mahar Mudah
Tidak susah- susah
Rukuh dan Sajadah
Istri Solihah..
Harta yang berkah..
Walau ku sudah nikah..
Tetap berdakwah..
14. Nasyid (3 )
Bait-bait Nasyid yang didendangkan oleh Munsyid Izzatul Islam mempunyai ciri
khas perjuangan dan semangat yang menyala-menyala. Tapi bukan ikhwah namanya
kalau tidak punya kreasi lain dengan lagu-lagu tersebut. Tentu saja
tujuannya untuk memprovokasi satu sama lain. Lihat saja perbandingan lagu
asli dan plesetannya di bawah ini, yang diambil dari album " Kembali "
Berkobar tinggi panaskan bumi
Membakar ladang dan rumah kami
Darah syuhada mengalir suburkan negri
Tiada kata lagi. kami harus kembali
Berkobar tinggi panaskan hati
Datang tawaran dari murobby
Foto-foto akhwat ada dihadapan kami
Tiada kata lagi..aku pilih yang ini !
15. Taaruf Unik
Seorang ikhwan yang kuliah di semester akhir berazzam untuk menyempurnakan
separuh dien-nya. Sebagaimana biasa, beliau pun menghubungi ustadnya dan
memulai proses dari awal sampai akhirnya tiba saatnya untuk taaruf, yaitu
dipertemukan dengan calonnya. Tibalah hari dan jam yang telah ditentukan,
dengan semangat seorang aktivis, beliau datang tepat waktu di sebuah tempat
yang telah di janjikan ustad. Taaruf pun dimulai, sang akhi duduk disebelah
murobby, sementara agak jauh di depannya sang akhwat di temani murobbiyahnya
dengan posisi duduk menyamping menjauhi sudut pandangan si ikhwan. Setelah
sekian lama berlalu tak ada pembicaraan, sang murobby berbisik pelan pada
mad'unya yang malu-malu ini,
" Gimana akhi, sudah lihat akhwatnya belum, sudah mantap apa belum .?"
" Sudah Ustad, saya mantap sekali ustad, akhwatnya yang sebelah kiri itu
khan ? "Murobbynya kaget, wajahnya berubah agak kemerahan. " Eh..gimana
antum ! yang itu istri saya !"
16. Belum Menikah
Memang susah jadi ikhwan bujangan, pasti banyak sindiran dan provokasi yang
datang setiap saat untuk segera menyempurnakan separuh dien ini. Apalagi
jika ia juga berprofesi sebagai seorang murobbi, maka setiap pertemuan
mingguan pasti ada sindiran-sindiran kecil dari para mad'unya yang rata-rata
juga belum menikah. Sebenarnya sang murobbi ini nggak enak dan takut juga
kalau status bujangannya ini menghalangi anak buahnya untuk segera menikah.
Akhirnya pada suatu kesempatan mingguan, setelah sekian lama para mad'unya
menanyakan masalah yang satu itu, sang murobbipun berpesan singkat di
hadapan para ikwah di hadapannya,
" Ikhwan sekalian, untuk masalah pernikahan.. jangan jadikan status ana
sebagai penghalang kalian menikah, cukup jadikan saja saya sebagai contoh
atau tauladan ..! "
Para ikhwan yang mendengar pun terbengong-bengong keheranan.
17. Kriteria ( 1 )
Seorang Akhi muda yang baru lulus S-2 di luar negri ditanya oleh ustadnya
mengenai kriteria akhwat yang diinginkannya. Maka dengan segala idealisme
sebagai seorang Ikhwan, mulailah ia mencari-cari kriteria dan menuliskan
hampir lebih dari sepuluh kriteria, kemudian menyerahkan pada ustadnya
tersebut. Kriterianya sangat bermacam-macam dan agak mengada-ada. Dari yang
pertama dia harus seorang akhwat, cantik, pendidikan tinggi, Suku Sunda,
berkacamata, lulus dengan cumlaude, hafal sekian juz. dan demikian
seterusnya. Setelah diproses oleh sang ustad, akhirnya ia diberitahu bahwa
tidak ada akhwat yang bisa sesuai dengan 10 syarat tesebut. Kemudian sang
Ikhwan mengurangi kriterianya menjadi 9, setelah diproses sekian minggu
ternyata hasilnya nihil. Kemudian sang ikhwan mengurangi satu lagi dari
kriterianya menjadi delapan. Dan setelah ditunggu sekian lama hasilnya tetap
nihil karena terlau ideal kata ustadnya. Dan demikian seterusnya setiap kali
gagal sang ikhwan mengurangi satu k
riteria. Sampai setelah lewat lebih dari dua tahun sang Ikhwan akhirnya
menemukan pasangan hidupnya.Tapi itupun setelah kriterianya tinggal satu !
18. Kriteria ( 2 )
Seorang Akhi ditanya sang Murobby tentang kriteria seorang akhwat yang
diinginkannya. Setelah beberapa saat berpikir, sang Akhi menjawab dengan
malu-malu,
" Yang pertama Ustad, dia harus seorang yang cukup cantik."
" Astaghfirullah Akhi, bukannya Rasulullah menyuruh kita untuk mengutamakan
agamanya dulu ? "
" Yang itu sih bukan masalah ustad ? "
" Bukan masalah bagaimana akhi, ada hadist nya lho .."
" Khan yang namanya akhwat pasti berjilbab gede, berarti semuanya kita
anggap sudah punya pemahaman agama yang cukup baik, sekarang tinggal
kriteria selanjutnya yaitu yang cantik "
" Antum bisa aja cari alasan !"
19. Kriteria (3)
Lagi-lagi seorang Ikhwah diinterogarsi oleh murobbinya tentang calon akhwat
yang diinginkannya. Ikhwan yang satu ini tampaknya sudah kena blacklist sama
murobbinya karena selalu menolak memberi kriteria ketika ditanya.
" Akhi, ini yang terakhir kalinya, kira-kira seperti apa akhwat yang antum
inginkan menjadi pendamping antum dalam berdakwah"
" Sudah deh ustad, ane nggak banyak minta, yang asal-asalan aja "
Sang Murobbi pun bengong dibuatnya," Asal-asalan bagaimana maksud antum ?
Antum kan punya hak untuk mengajukan kriteria."
" Maksud ane, asal sholihah, asal cantik, asal kaya, asal hafal Qur'an, asal
pintar, dan asal-asalan yang lainnya ."
" Pantes saja antum nggak nikah-nikah !"
20. Banyak Amanah
Ini cerita lagi tentang seorang akhi dan berbagai permasalahannya. Ikhwan
yang satu ini memang dikenal dalam kelompoknya sebagai seorang aktivis kelas
berat di kampusnya. Namanya pun tercatat hampir di setiap struktur
organisasi intra atau ekstra kampus yang kredibel baik yang umum maupun yang
berbau dakwah. Dan mungkin juga karena kesibukannya tersebut beliau belum
berani untuk menyempurnakan separuh diennya walaupun sudah beberapa kali di
tawari oleh sang ustad. Dan suatu kali akhi kita ini datang terlambat dalam
pertemuan rutin mingguannya di rumah ustad, suatu hal yang jarang terjadi
karena sang akhi termasuk yang selalu " harisun 'ala waqtihi " . Sang
Ustadpun bertanya penuh selidik,
" Baru kali ini antum terlambat, ada masalah apa di kampus, atau di DPC
mungkin ? "
" Ah enggak ustad, afwan nih, biasa anak-anak LDK bikin dauroh rekrument dan
tadi habis Ashar ane diamanahi untuk ngisi , dan afwan juga ustad, nanti
mungkin ane izin pulang lebih dulu, karena ada amanah juga ngisi anak-anak
Remas di dekat kost ane."
" Akhi, antum tahu nggak kelemahan antum selama ini..?"
" Enggak tahu Ustad"
" Antum ini terlalu punya banyak amanah tapi tidak satupun 'Aminah' yang
antum punya, jadinya ya seperti itu lah.."
Al Akh yang satu inipun tertunduk tersipu-sipu, sudah bujangan diledek
lagi. Sementara para ikhwan yang lain yang semuanya sudah berkeluarga,
tertawa ringan penuh kemenangan.
21. Poligami
Seorang Akhi baru saja melangsungkan pernikahan dakwahnya dengan seorang
akhwat yang sama-sama berjiwa aktivis pula. Minggu-minggu awal pun dilalui
dengan penuh ceria, Qiyamul-lail berjamaah, baca Al-Ma'tsurat sama-sama,
tabligh akbar bersama bahkan sampai demo dan longmarch pun dilakukan
sama-sama. Suatu ketika setelah pulang dari suatu acara seminar bertemakan
Poligami, pasangan ini terlibat dalam pembicaraan serius,
" Bagaimana Mi, pendapat Ummi tentang poligami secara umum "
" Abi, secara umum poligami tidak ada nilai buruknya sebagaimana yang
digemborkan banyak orang, bahkan itu merupakan solusi satu-satunya lho."
" solusi bagaimana maksud Ummi ?"
" Maksudnya, coba deh abi lihat, berapa perbandingan jumlah ikhwan dan
akhwat, di Jakarta aja lebih dari 1 : 7, kalau semuanya dapat satu-satu,
maka bagaimana nasib yang tiga lainnya ? "
" Kalo Ummi sudah paham, bagaimana kalo kita yang memulai ?"
" Maksud Abi bagaimana ? "
" Abi mau poligami, tapi yang cariin calonnya ummi saja ya."
" Apaa..! abi mau poligami ? "
" Ya dong, khan Ummi sendiri yang bilang tadi, ingat ini juga sunnah Nabi
Muhammad SAW lho.."
" Wah ! kalo begitu abi salah menafsirkan Siroh Nabawiyah, khan Rasul
berpoligami setelah istri pertamanya Kahdijah ra, meninggal.
Nah ! Jadi abi boleh menikah poligami sampai empat pun boleh, asal setelah
Ummi, istri pertama Abi ini, meninggal, OK ?"
" Ini pasti Murobbiyah ya yang ngajari..?"
Sang istri tersenyum manja penuh kemenangan
22. Fatwa Menikah
Suatu sore di akhir Ramadhan, beberapa orang ikhwah tampak sedang
bercengkrama di teras masjid Baitul Hikmah, Cilandak sambil menunggu waktu
berbuka puasa. Mereka semua adalah para peserta I'tikaf Ramadhan yang datang
dari tempat yang berbeda-beda. Dan mereka kini terlibat pembicaraan serius
tentang kegiatan dakwah di kampusnya masing-masing. Beberapa saat kemudian
datang seorang Ikhwah dengan tergesa-gesa, membawa suatu kabar.
" Assalamualaikum wr wb, Ikhwan semua, antum sudah dengar belum ada fatwa
terbaru dari Dewan Syariah, baru keluar pagi tadi lho !"
Dengan serempak mereka menjawab,
" Waalaikum salam, fatwa terbaru tentang apa akhi ? "
" Tentang Menikah !"
" Menikah ? apa saja isi fatwa tersebut ? "
" Isinya cuma satu pasal tapi penting, bahwa mulai sekarang seorang Ikhwan
tidak boleh menikah dengan akhwat satu kampus."
Semua ikhwah yang mendengar terkejut, dan saling memberi komentar satu sama
yang lain.
" Apa alasannya akhi, khan tidak melanggar syar'i ?"
" Kok bisa begitu, lalu bagaimana sama yang sudah berproses, langsung
dibatalkan ya .."
" Ane kira ini untuk kepentingan perluasan dakwah juga .."
" Kalau ane sih milih sami'na wa atho'na saja.."
Setelah beberapa saat terjadi tukar pendapat satu sama lain, akhirnya sang
Akhi yang datang bawa kabar tersebut dengan mimik serius menjelaskan,
" Tenang Akhi.., fatwa tersebut memang harus di dukung dan ada dalilnya kok,
bukankah Syariah Islam membatasi seorang Ikhwan untuk menikah hanya sampai
dengan empat orang akhwat, maka bagaimana mungkin seorang ikhwah mau menikah
dengan 'akhwat satu kampus' yang jumlahnya ratusan ..!"
23. Kartu Undangan Walimah
Pernikahan para aktivis dakwah memang selalu unik, banyak kisah dan ibroh
yang kita dapatkan. Semuanya menjadi hal yang selalu diperbincangkan oleh
masyarakat awam. Dari mulai hijab dan pemisahan tempat duduk para tamu
undangan, nasyid yang disajikan, sampai disembunyikannya pengantin
perempuan. Hal-hal seperti itu kadang membikin banyak pertanyaan besar di
pandangan masyarakat awam, bahkan ada yang sampai menuduh sebagai Islam
Jamaah, Islam fundamentalis, Aliran baru dan lain sebagainya. Sampai
akhirnya ada juga Ikhwah yang kreatif dengan menuliskan pesan singkat di
Kartu Undangan Walimah untuk mengantisipasi hal ini. Mungkin di Kartu
Undangan Resepsi yang umum sering kita temui tulisan sebagai berikut :
" Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami, alangkah baiknya jika tali asih
atau cinderamata yang akan diberikan tidak dalam bentuk barang."
Maka di Kartu Undangan Walimah ala Ikhwan dibuat sedikit perubahan untuk
antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti berikut :
" Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami, Resepsi Pernikahan ini akan
dilaksanakan sesuai Adab Islam dengan pemisahan tempat duduk antara tamu
pria dan wanita."
24. Perbandingan Jumlah
Setiap kali tema Poligami dibicarakan, pasti dihubungkan dengan perbandingan
jumlah kader ikhwan dan akhwat. Masalah keterpautan yang cukup jauh ini
memang cenderung mengkhawatirkan banyak kalangan. Dan juga perbandingan di
suatu daerah tidak sama dengan daerah yang lain. Di Jakarta ada yang
mengatakan 1:7, sumber lain menyebutkan angka 1 : 13 , sementara di Solo,
Malang dan kota-kota mahasiswa yang lainnya pun menyebutkan angka
perbandingan yang hampir sama. Akan tetapi di daerah pinggiran ataupun luar
jawa yang terjadi mungkin sebaliknya, jumlah ikhwan lebih banyak dari jumlah
akhwatnya. Memang secara realita dapat kita lihat secara jelas ketika ada
acara aksi-aksi demo dan lain sebagainya, bahwa jumlah peserta akhwat pasti
cenderung lebih banyak, bahkan kadang mencolok. Tapi realita seperti ini
kadang masih bisa dibantah. Salah seorang ikhwan kita mencoba menganalisa
hal ini dengan lebih obyektif,
" Adalah suatu kekeliruan ketika kita melebih-lebihkan perbandingan jumlah
kader ikhwan dan akhwat, hanya dengan melihat sekilas dalam suatu
acara-acara demonstrasi dan sebagainya. Banyak perhitungan yang mengatakan
jumlah akhwat jauh lebih banyak karena secara performance, sosok akhwat
memang lebih mudah dihitung dan dideteksi dengan melihat 'Jilbab
Panjangnya', dan deteksi ini tidak berlaku bagi kalangan ikhwan. Kalau kita
menghitung jumlah ikhwan hanya dengan melihat baju taqwanya, atau jenggot
tipisnya, maka kita hanya akan mendapatkan jumlah yang sangat kecil.
Performance seorang ikhwan tidak bisa dibatasi dengan baju taqwa dan jenggot
saja. Berapa banyak sosok ikhwan yang kita kenal adalah orang-orang yang
berpenampilan paling sporty, paling modis, funky dan ada juga yang berambut
panjang. Kalau saja kita menggunakan hitungan dengan memperhatikan sisi yang
lebih luas seperti ini, kemungkinan besar akan kita dapatkan perbandingan
jumlah yang lebih seimbang antara ikhwa
n dan akhwat !!! "
25. Gang Jenggot
Kawasan Bangka, Mampang Jakarta Selatan banyak disebut sebagai kawasan
harokah . Adalah Yayasan AlHikmah, yang disebut oleh Majalah Suara
Hidayatulah sebagai 'Pusat Inkubasi Aktifis Harakah' yang selama ini
menarik minat para ikhwan dan akhwat dari seluruh penjuru nusantara untuk
menuntut ilmu dan bermukim di sekitar situ. Berbagai program diselenggarakan
oleh Yayasan ini, dari mulai Tahfidz, Tahsin, PBAT sampai Kuliah Dirasat
Islamiyah khusus untuk para akhwat. Mungkin itu semua yang menyebabkan
hampir setiap hari jalan-jalan di kawasan tersebut di penuhi oleh
kawanan-kawanan PJM* atau para ABG**. Salah satu jalan yang paling strategis
dan paling sering dilewati oleh para ikhwah kita adalah Jalan Bangka V, yang
mempunyai banyak sejarah dan cerita...
Sore itu metromini no 77 dari Blok M menuju Ragunan tampak berjalan
pelan-pelan penuh dengan penumpang yang beberapa diantaranya adalah para
ikhwan dan akhwat yang hendak menuju kawasan AlHikmah. Seorang mahasiswa
ikhwan lengkap dengan atributnya (baju koko, jenggot tipis dan tas punggung)
tampak sedang khusyuk bergelantungan di samping pintu. Sang Kondektur pun
datang menagih ongkos. Kemudian dikeluarkanlah dari sakunya satu lembar
limaratusan,..
" Apa-apaan ini ? kok Cuma lima ratusan!", protes sang Kondektur.
" Biasa Mang, Mahasiswa.", sahut sang Akhi dengan senyum kalemnya.
" Mahasiswa kok berjenggot ! mana ada !", protes sang kondektur kesal. Akhi
kita ini memilih diam saja. Ia masih berdiri di dekat pintu, dan berdiri
disampingnya sang Kondetur dengan wajah penuh dendam.
Metromini itupun terus berjalan menuju arah Kemang, sampai setelah dekat
jalan Bangka V, Sang Kondektur yang sudah hapal bahwa sang Mahasiswa
Berjenggot akan turun di sana, berseru lantang..
" Ya..kiri.. gang jenggot.., gang jenggot, gang jenggot..kiri.."
Dan sejak saat itu Jalan Bangka V punya nama lain yang unik, gang jenggot !.
* = Persatuan Jenggot Melambai
**= Akhwat Berjilbab Gede
26. Menundukkan Pandangan
Masih cerita di sekitar kawasan AlHikmah, Jakarta Selatan. Suatu sore
menjelang maghrib, hujan baru saja berhenti dan cuaca masih agak mendung.
Jalan dan selokan di kawasan tersebutpun masih tergenang oleh air Seorang
Akhwat berjalan sendirian menuju jalan Bangka Raya, beliau baru saja pulang
dari kursus bahasa arab di PBAT. Sementara beliau berjalan, dari arah yang
berlawanan muncul seorang ikhwan yang juga hendak menuju masjid Al-Hikmah
untuk kursus di PBAT. Sebagaimana biasa, yang sudah merupakaan ciri
tersendiri bagi seorang akhwat, ketika berpapasan dengan seorang ikhwan
seolah-olah bagaikan bertemu dengan seekor harimau yang siap menerkamnya.
Maka mulailah sang Akhwat menundukkan pandangannya, berjalan menepi ke arah
kiri dengan cepat untuk menghindari jarak radiasi dengan sang ikhwan. Namun
mungkin karena kurang hati-hati dalam melangkah dan tidak sadar, sang akhwat
tercebur dan jatuh di sebuah selokan yang penuh dengan air. Karena tidak
banyak orang yang ada pada wakt
u itu, akhirnya dengan menggunakan tali yang ada pada tasnya, terpaksa si
Ikhwan ikut membantunya keluar dari selokan tersebut. Dan sang akhwat harus
berterima kasih pada 'Harimau' yang tadi ditakutinya itu.
27. Wasiat Tambahan Imam Syahid
Percepatan dan perluasan dakwah yang melanda Indonesia sejak 4 tahun
terakhir ini menimbulkan banyak perubahan dan tuntutan-tuntutan bagi seorang
dai. Pekerjaan-pekerjaan dakwah yang kian beragam mulai menjangkau semua
wilayah dakwah, dari mulai pendidikan, ekonomi sampai politik. Dan semua itu
melahirkan konsekuensi bagi seorang dai untuk mampu mengatur waktunya yang
terasa kian sempit dipenuhi beban-beban dakwah. Ada kalanya seorang aktifis
harus pergi pagi dan pulang sampai larut malam untuk sebuah kegiatan
dakwah.Fenomena yang terjadi kemudian adalah banyaknya aktifis dakwah kita
yang merubah atau mengganti jam tidurnya. Sebagian dari ikhwah kitapun
terpaksa terbiasa tidur setelah sholat Subuh, sebelum memulai pekerjaan
barunya. Dan ini bisa merupakan masalah besar ketika menjadi sebuah
kebiasaan bagi seorang aktifis. Akhirnya dari kenyataan tersebut muncul
sebuah anekdot yang pernah dilontarkan seorang ikhwan,
" Kalau saja Imam Syahid mengetahui keadaan ikhwah kita sekarang, mungkin
beliau akan menambahkan sebuah wasiat lagi dalam sepuluh wasiatnya yang
terdahulu, yaitu wasiat untuk tidak tidur lagi setelah sholat Shubuh !"
28. Ustad Kiri Ustad Kanan
Istilah 'kiri' biasa diartikan pada hal yang berbau marxis, Lenin dan
beberapa tokoh komunis, sosialis lainnya. Tapi dikalangan ikhwah sendiri,
istilah ini bukan barang asing. Sampai untuk istilah ustad pun mengenal
ustad kanan dan ustad kiri. Disebut ustad kanan bukan berarti karena ia
seorang fundamentalis atau bergaris keras, sebaliknya juga disebut ustad
kiri bukan karena ia pro sosialis yang revolusioner. Sebutan ini melainkan
hanya untuk membedakan latar belakang studi atau ilmu yang digelutinya.
'Ustad kiri' buat para aktivis atau dai yang kalau membaca buku dari huruf
paling kiri terus ke kanan alias buku-buku berhuruf latin dan berbahasa
Indonesia berari berlatarbelakang ilmu umum, sedangkan sebaliknya sebutan
'Ustad Kanan' untuk para ustad yang membaca bukunya dari kanan ke kiri,
alias buku-buku berbahasa arab, yaitu yg berlatar belakang ilmu syariah !
29. Empat Perempat KAMMI
Sebuah acara dialog yang diselenggarakan sebuah kampus di bilangan Jakarta
Selatan menghadirkan pembicara seorang Ketua Umum KAMMI pada waktu itu.
Peserta yang kebanyakan para ikhwan dan akhwat dari kalangan mahasiswa
mendengarkan dengan antusias dan bersemangat. Pada sesion tanya jawab pun
bermunculan banyak soal yang kritis menanyakan posisi dan independensi KAMMI
sebagai organisasi mahasiswa yang netral. Seorang Akhwat berdiri dan dengan
antusias bertanya kepada sang ketua KAMMI yang dari tadi teguh menyatakan
bahwa KAMMI tidak berafiliasi pada salah satu ormas ataupun partai tertentu.
" Anda bisa saja menyatakan bahwa KAMMI adalah organisasi mahasiswa yg
independen, netral dan tidak berafiliasi pada salah satu ormas atau partai
tertentu, tapi semua orang pun tahu bahwa kenyataan di lapangan mengatakan
bahwa hampir sekitar tiga perempat anggota KAMMI adalah anggota & simpatisan
sebuah partai dakwah, sekali lagi tiga perempat bung ! bgmn mungkin anda
masih mengatakan kenetralan KAMMI dari elit politik ? ", tanya Akhwat
tersebut dengan cepat dan kritis. Mendengar pertanyaan dan pernyataan
seperti ini, sang Ketua KAMMI tersenyum tenang dan -setelah dipersilahkan
oleh moderator- iapun menjawab,
" pernyataan anda salah, dari mana anda mendapatkan angka bahwa tigaperempat
dari anggota KAMMI adalah simpatisan & anggota sebuah partai dakwah ? kami
ingin mengoreksi bahwa yang benar sesuai catatan kami adalah bukan tiga
perempat, melainkan empatperempat ..alias seratus persennya ..! "
30. Mendukung Poligami
Suatu ketika di sebuah resepsi pernikahan aktivis dakwah. Sebagaimana biasa
, kedua mempelai belum banyak mengenal pribadi masing- masing pasangannya.
Hal inilah yg kemudian menjadi incaran sang pembawa acara untuk dijadikan
bahan 'game' sebagai hiburan bagi para hadirin. Tentu saja ini tidak sekedar
game yang kosong tanpa makna, namun juga mengandung pesan dakwah kepada para
hadirin.
Sang mempelai pria duduk tenang di singgasananya sendirian. Dan agak
jauh dibalik hijab disampingnya duduklah pasangan putrinya. Akhi pembawa
acara mulai mengomando jalannya game tersebut. Aturannya, sang mempelai
putra akan ditanya tentang sesuatu dan jika jawaban tersebut benar menurut
mempelai putri, maka sang mempelai putri akan menabuh gendang satu kali. Dan
gendang akan ditabuh dua kali jika jawaban dianggap salah. Tentu saja hal
ini ditujukan untuk menguji sejauh mana kekompakan kedua mempelai. Beberapa
pertanyaan diajukan, dan jawaban dari mempelai pria selalu dibenarkan oleh
pasangannya, Sampai suatu ketika pembawa acara memberi pertanyaan yg
berbunyi :
" Apa pendapat istri anda tentang sunah Rasulullah yg bernama poligami,
mendukung atau menentang ?"
Sang mempelai pria pun dengan mantap dan tenang menjawab, " mendukung !"
Tidak ada jawaban dari pihak mempelai putri. Yang ada malahan sedikit
keributan di barisan hadirin putri. Namun alhamdulillah beberapa saat
kemudian terdengarlah tabuhan gendang sebanyak satu kali pertanda mempelai
putri pun setuju dan mendukung poligami. Para hadirin yg kebanyakan para
ikhwah pun lega dan bertakbir dengan mantap.
Sesampainya di rumah, seolah tak percaya sang suami pun menanyakan
kembali tentang dukungan istrinya tadi,
" Bener nih mi, mendukung poligami ?"
" wah, abi kurang yakin ya..? poligami sebagai sunah Rasul jelas harus kita
dukung bi, tapi kalo abi yg mau poligami, itu jelas urusan lain bi.., enggak
rela lah ! ". Sang istripun tersenyum manja penuh kemenangan.
31. Makan dan Kerja
Seorang ikhwah sedang dalam proses menuju pernikahan. Kali ini ia diundang
oleh orangtua si akhwat - yang telah dikhitbah olehnya beberapa hari
sebelumnya - untuk makan siang bersama di rumah sang Bapak. Sang mahasiswa
sempat keder dan berusaha menolak undangan tersebut dengan berbagai macam
alasan acara dan aktivitas. Namun alhamdulillah, sang ikhwah nampaknya
tidak diundang sendirian, melainkan bersama keluarganya.
Tiba saatnya makan siang, kedua keluarga telah siap di depan meja
makan. Sang Akhwat tak nampak di antara yang hadir, mungkin aktivitas dapur
lebih menarik dan lebih 'aman' baginya. Sang Bapak pemilik rumah menawarkan
pada pada para tamu untu segera memulai menikmati hidangan. Dan mulailah
para tamu mengambil hidangan secara bergantian, dan menikmatinya. Adalah
sudah menjadi gambaran umum bagi seorang ikhwah untuk selalu 'itqon' dalam
setiap aktivitasnya. Demikian juga akhi kita tersebut, sebagaimana sudah
menjadi 'fitrah' dan kebiasaannya di kost-kostannya yang dulu, ia pun makan
dengan lahap dan cepat, jauh meninggalkan para hadirin yang lain. Bagi para
ikhwah, hal tersebut adalah wajar dan manusiawi. Tapi bagi seorang calon
mertua ?. Benar juga, sang calon mertua agak terkejut dengan aktivitas makan
calon menantunya tersebut. Mungkin ia berpikir, " kok ustad makannya banyak
ya ? ". Keterkejutan ini berdampak pada perubahan wajah dan pandangan
matanya. Keterkej
utan tersebut tampaknya diketahui oleh Bapak sang Akhi, dan membuat beliau
menjadi agak malu juga. Akhirnya sang Bapak Pemilik rumah tak bisa
menyembunyikan keheranannya, dan berkata menyindir,
" Wah .., Nak Budi makannya lahap juga ya .? ".
Sang Akhi sempat kaget juga menyadari sindiran tersebut, demikian juga
Bapaknya yang merasa ikut tersindir. Suasana seketika berubah menjadi serba
kikuk dan canggung. Namun Akhi kita ini sudah terbiasa berhadapan dengan
situasi seperti itu. Untuk memecahkan kebekuan singkat tersebut, dengan
cepat ia menjawab secara yakin ,
" Iya Pak, kalau untuk makan saja nggak semangat, gimana nanti kerjanya .?"
Suasana menjadi hidup kembali, nampaknya semua sepakat dengan jawaban calon
menantu tersebut. Kalau untuk makan - yang nota bene nikmat dan mudah- saja
kita nggak semangat atau malas, bagaimana kalau kita dihadapkan pada sebuah
pekerjaan atau aktivitas dakwah yang berat ?
32. Strategi Dakwah
Jalanan kota Jakarta siang itu, seperti biasa, macet. Bus P 4
jurusan BlokM - Pulau Gadung penuh dengan penumpang.Bus itu penuh penumpang,
sebagian diantaranya berdiri menggantung lengan. Bus merambat pelan seolah
masih menyimpan banyak fasilitas tempat duduk yang kosong. Satu demi satu
artis jalanan mulai unjuk gigi. Menghias panas terik mentari dengan
lagu-lagu bertemakan sosial dan kemasyarakatan. Kadang di hiasai sindiran
ala politikus, tapi kadang dinodai oleh lirik-lirik sendu yang kurang pantas
dilantunkan.
Ada yang aneh terlihat. Seorang bapak-seperti dari Madura- setengah
baya memakai batik, peci, dan sarung - khas pendatang baru- duduk di tepi
jendela dengan tenang. Tetapi yang membuat semua penumpang terheran, bapak
itu asyik menjulurkan tangannya ke luar jendela. Bukan sekali dua kali, tapi
malah terus-terusan tanpa beban. Sementara penumpang lain mulai berteriak
memberi peringatan.
" Pak, Hati-hati.. tangan bapak dimasukkan bisa patah kena mobil nanti ."
seru seorang ibu yang duduk di sebelahnya.
" Pak, kemarin ada peristiwa seperti itu. Tangan seorang kakek lepas saat
terjulur keluar dan tersangkut pohon di tepi jalan..hi..ngeri." seorang
lainnya ikut menakut-nakuti.
Pak Kondektur pun tak tinggal diam. Tampaknya kesabarannya sudah menipis ,
aksen batak pun menambah ketegangan.
" Bah, ini orang tak tahu di untung, kalo tak lepas itu tangan, matilah kau
."
Tapi sang Bapak tak bergeming sedikitpun. Tangannya masih asyik
terjulur dan mengayun-ayun di luar jendela. Sorot matanya yang lugu pun
terkesan percaya diri. Seolah ia tahu apa yang dilakukan dan apa akibatnya.
Sebenarnya apa yang ada di benak Bapak tersebut ?
Seorang ikhwan yang bergelantung agak jauh dari bapak tersebut
segera bereaksi. Setelah mengamati gerak-gerik, sorot mata, dan mimik wajah
tersebut, sang akhi ikut memperingatkan sang Bapak. Tapi peringatan ini lain
dari seruan-seruan sebelumnya.
Dengan santun sang akhi berteriak ,
" Maaf Pak, kalau tangan bapak nggak di masukkan, nanti sayang lho kalo kena
pohon, bisa hancur dan rusak pohonnya. Apalagi kalo kena tiang listrik, wah
nanti tiangnya patah seluruh kota bisa padam listriknya Pak. Jadi saya usul
dimasukkin saja pak tangannya, biar nggak terjadi kerusakan nantinya.... "
Mendengar usulan sang akhi tersebut, sang Bapak tampak tersenyum. Ia
paham betul dengan peringatan tersebut. Nampaknya ia sepakat dengan sang
akhi. Ia tidak ingin pohon-pohon dan tiang itu rusak karena ulah tangannya.
Makanya dengan cepat ia tarik tangannya ke dalam bus kembali. Selesai
persolan semua penumpang menjadi lega. Sebagian lain tersenyum sambil
berbisik-bisik menduga-duga.
"Oooo..ternyata Bapak ini dari tadi percaya diri karena yakin dengan
kesaktian tangannya tooo.. Alah-alaaaaaaaah., untung tadi nggak jadi nabrak
pohon"
Dalam berdakwah, kita juga harus tahu bahasa yang terbaik bagi
setiap orang tentu berbeda, sesuai dengan latar belakang objek dakwah
masing-masing. Bukan sekedar bahasa dakwah, tapi bahasa dakwah yang terbaik.
Akh kita tadi, telah memberi contoh yang sedemikian nyata. Bisakah anda
bayangkan jika tangan sakti sang Bapak terbentur sebuah pohon besar ?
33. Masih mau Sekolah
Seorang ikhwan yang baru saja menyelesaikan studi S1 nya menghubungi sang
Murobby. Apalagi kalau bukan untuk meminta sang ustad mencarikan jodoh
terbaik baginya. Tentu saja sang akhi ini tidak sekedar ingin menikah, tapi
juga siap menikah. Lho, apa bedanya ?.
Ingin menikah bagi seorang akhi cenderung bersifat objektif. Artinya ia
menginginkan atau menuntut seorang akhwat -yang akan menjadi istrinya nanti
- untuk tampil dengan performance dan sifat yang terbaik, menurutnya. Bisa
jadi ia ingin seorang akhwat yang harus cantik, tinggi, pintar masak,
cerdas, penyabar dan lain sebagainya. Atau bisa jadi ia menginginkan yang
lebih spesifik misalnya seorang dokter, dosen, hafidzah, atau mungkin yang
berasal dari suku tertentu. Lebih parah lagi jika 'ingin menikah' di sini
berarti : ingin menikahi ukhti A, B atau C. Yang jenis ini bukan berarti
tidak boleh. Hanya saja, kurang elegan.
Lalu bagaimana dengan siap menikah ?. Siap menikah bagi seorang akhi berarti
kesiapan dari sisi subjektif dirinya. Artinya, ia akan mengukur kemampuan
dirinya untuk memimpin rumahtangga, tanpa banyak terpengaruh faktor siapa
yang akan mendampinginya. Dengan bahasa lain, dia punya kesimpulan : " yang
penting ana harus siap dan baik dulu, siapapun istri ana dan bagaimanapun
dia, toh ana juga yang harus membimbingnya ". Yang jenis ini lebih elegan.
Artinya siap mental dalam menikah.
Nah kembali ke cerita sang akhi yang selain ingin, juga siap untuk menikah.
Sang murobby yang dikonfirmasi pun menyambut permintaan ini dengan semangat.
Betapa tidak ? bukankah menjodohkan adalah sebuah amalan mulia. Apalagi yang
dijodohkan adalah ikhwan dan akhwat yang masing-masing mempunyai misi dan
visi untuk dakwah?
Maka dimulailah proyek perjodohan yang indah dan terjaga oleh sang Murobby.
Dari mulai tukar biodata sampai ta'aruf belum terlihat ada masalah. Namun
ketika sang murobby mengkonfirmasi kesediaan sang akhwat, ternyata sang
akhwat menolak. Entah sang akhwat punya alasan apa, yang jelas ia hanya bisa
beralasan pada sang murrobby :" Afwan ustad, saya masih mau melanjutkan
sekolah dulu.."
Terpukul hati sang akhi mendengar jawaban sang akhwat. Pikirnya dalam hati,
mengapa kalau masih mau sekolah ia bersedia memberikan biodatanya dan bahkan
sampai proses taaruf ?
Sang murrobby pun merasakan hal yang sama. Ada apa gerangan di balik
penolakan ini ?.
Sang Akhi beritikad baik untuk tetap menikah. Sang murrobby pun kembali
dengan senang hati membantu sang akhi. Dilalui proses dari awal sebagaimana
yang pertama tadi. Namun sayang seribu sayang. Kasus penolakan yang pertama
kembali terulang. Masih dengan alasan yang sama : sang akhwat masih mau
melanjutkan sekolah.
Pusing kembali melanda sang akhi kita ini. Dicobanya sekian kali untuk
berinstropeksi: Adakah yang salah dalam biodatanya ? Atau ada kesalahan kah
saat taaruf kemarin ? Ah , rasa-rasanya semuanya begitu lancar, tak ada
masalah.
Atau masalah penampilan fisik ?. Ah, benarkah itu masih menjadi kriteria
yang prinsip di jaman ini ? . Sang akhi bingung, ia benar-benar belum
menemukan jawaban yang tepat atas kasus penolakan dirinya.
Sang murroby tampaknya ikut merasa bertanggung jawab dengan penolakn
tersebut. Mungkin karena merasa kasihan dengan dua kali penolakan tersebut,
sang murrobby pun berinisiatif untuk ambil langkah yang lain. Kebetulan ia
mempunyai adik perempuan yang juga seorang akhwat. Maka setelah mengadakan
briefing yang intensif terhadap sang adik, dimulailah proses perjodohan
keduanya. Biodata adik sang murroby pun berpindah ke tangan sang akhi ini.
Dengan seksama di baca semua point di dalamnya. Tidak lupa dua lembar foto
ukuran post card juga diperhatikan agak lama.
Sang Murobby yang juga kakak sang akhwat terburu-buru untuk menanyakan
kesediaan sang akhi untuk meneruskan proses.
" Gimana akhi, antum bersedia melanjutkan proses ini kan ? "
Sang akhi bingung bukan kepalang. Ada perasaan kurang sreg dalam dadanya.
Lebih-lebih saat melihat dua lembar foto sang akhwat. Diulang-ulang kembali,
sama saja. Ada rasa kurang berkenan yang muncul terus menerus dan
mengganggu.
" Gimana Akhi, sudah siap untuk meneruskan prosesnya ? "
Pertanyaan sang murobby menambah kegalauannya. Keringat dingin mulai menetes
dari dahinya. Ia menunduk agak lama.
Sang akhi merenung sejenak, berinstropeksi. Sejurus kemudian ia mulai
mengangkat kepala. Tersenyum. Baru sekarang ia tahu alasan mengapa dua
akhwat yang terdahulu menolak dirinya: kriteria fisik !! Kriteria fisik ,
kedengarannya memang lucu. Tapi ternyata ia selalu menjadi begitu
kontemporer. Selalu saja ada di mana saja dan kapan saja.
" Gimana akhi, bisa di jawab sekarang ?? "
Dengan sedikit berdehem, sang akhi menjawab,
" Afwan Ustad, setelah saya pikir-pikir, nampaknya saya " masih mau
melanjutkan sekolah " saja ustad ... "
Lemes tubuh sang murrobby. Namun ia pun tak bisa berbuat apa-apa. Dalam hati
ia berkata : Dasar aktifis jaman kini, masih teguh mempertahankan kriteria
fisik !!!. Andakah salah satunya ?
In uriidu illa ishlahi ma'stato'tu wa ma taufiqii illa billahi
Wa akhiru da'waana ani lhamdulillahi robbil a'lamiin
No comments:
Post a Comment